HIKMAH BERPUASA
PERSPEKTIF PSIKOLOGI PENDIDIKAN
AHMAD ROZALI
MAHASISWA STAIN
SAS BABEL
Puasa
diperintahkan Allah untuk menjadikan manusia untuk bertaqwa. Dengan berpuasa
seseorang akan selalu dididik untuk selalu bertaqwa kepada Allah dimanapun berada,
baik ketika ada banyak orang atau saat sendiri. Seseorang yang berpuasa, tidak
akan mudah terombang ambing oleh godaan dan rayuan kemewahan dunia karena
seseorang yang berpuasa telah dibentengi oleh iman dan taqwa. Orang yang
bertaqwa akan selalu merasa setiap perbuatan yang dilakukan selalu dilihat oleh
Allah SWT dimanapun dan kapanpun berada. Sehingga manusia akan selalu
melaksanakan perintah dan menjauhi larangann-Nya, dengan rasa tulus dan ikhlas
hanya karena mengharap ridha dari Allah SWT semata. Orang yang bertakwa akan
selalu menghiasi pribadinya oleh cahaya iman, amaliah dan gaya hidup
sehari-hari dengan akhlak terpuji.
Puasa adalah mencegah dari perkara yang
membatalkan sehari penuh, mulai dari terbitnya fajar sampai tenggelamnya
matahari dengan syarat-syarat yang telah tertulis.”
Selain itu orang yang berpuasa dengan ikhlas, akan senantiasa
melakukan ibadah puasa dengan hanya mengharap ridha Allah, karena sejatinya
ibadah puasa adalah ibadah yang syarat hikmah dan nilai pendidikan yang
terkandung di dalamnya. Dan diantara nilai pendidikan yang dapat diambil dari
ibadah puasa adalah sebagai berikut:
Puasa Mendidik Manusia Untuk Bersifat Jujur
Jujur artinya
memberitahukan menuturkan sesuatu dengan sebenarnya. Seseorang dikatakan jujur
adalah apabila seseorang tersebut bertindak sesuai dengan kenyataannya. Dengan kejujuran
manusia meraih kepercayaan orang lain. Dengan kepercayaan tersebut akan banyak
terbuka jalan dalam kehidupannya.
Dalam ibadah
puasa banyak mengajarkan atau melatih seseorang yang menjalankan agar bersifat
jujur. Kejujuran yang dituntut dalam ibadah puasa adalah kejujuran terhadap
diri sendiri maupun jujur kepada orang lain. Nilai kejujuran dalam ibadah puasa
dapat dilihat dari Hadis Nabi SAW yang artinya ”Dari Abu Hurairah ra.berkata
bahwasannya Rasulullah saw bersabda: .Barangsiapa yang tidak meninggalkan
kata-kata dusta dan pengalamannya maka ia tidak ada kebutuhan bagi Allah dalam
hal ia meninggalkan makannya dan minumnya.”(HR Bukhari)
Mengingat
begitu pentingnya sifat jujur dalam diri manusia, maka hendaknya manusia
membiasakan diri berkata jujur dan berbuat sesuai dengan kejujuran. Dengan
pembiasaan itu, nilai kejujuran akan tertanam kuat dalam diri seseorang
tersebut.
Puasa Mendidik Manusia Untuk Bersifat Sabar
Sabar artinya
tahan menderita yang tidak disenangi, dengan ridho dan lapang dada serta menyerahkan
diri hanya kepada Allah. Sabar dimaknai usaha menahan diri dari hal-hal yang
tidak disukai dengan sepenuh kerelaan dan kepasrahan. Menurut Al-Ghazali dalam
bukunya Ahmad Syarifudin sabar dibagi menjadi 3 macam, yaitu:
·
Sabar dalam
ketaatan yaitu menahan kesusahan dan kesukaran dalam mengerjakan amal ibadah.
·
Sabar dalam
kemaksiatan yaitu menahan diri dari mengerjakan kemaksiatan, kemungkaran dan kedurhakaan.
·
Sabar dalam
menghadapi ujian dan cobaan yaitu tabah, tidak mengeluh, serta tidak berputus
asa atas musibah dan berbagai musibah yang menimpanya.
Dan ketiga
macam sabar di atas terkandung dalam satu aktivitas yaitu ketika seseorang
melaksanakan ibadah puasa. Karena ibadah puasa sangat identik dengan kesabaran.
Dan kesabaran merupakan inti dari ibadah puasa. Orang yang menunaikan puasa
berarti telah melaksanakan pengawasan pribadi dengan menjauhi makan, minum,
kesenangan badaniah, nafsu syahwat dan hal-hal terlarang lainnya dengan penuh
kesabaran. Itulah sebabnya puasa yang dibarengi dengan ketulusan hati untuk
mencari keridhoan Allah SWT akan mampu menjadikan pelakunya berjiwa sabar dan
selalu teguh pendirian.
Selama orang
itu berpuasa dengan penuh kesabaran, dan puasanya tidak rusak oleh
perbuatan-perbuatan tercela dan nafsu-nafsu buruk. Sebab, termasuk aspek yang
paling sulit dari ibadah puasa adalah berlaku sabar di dalam mengosongkan jiwa
dari nafsu badaniah. Karenanya, seseorang yang berpuasa disertai sikap
kesabaran, niscaya kecenderungan-kecenderungan nafsu badaniah yang melekat
dalam jiwanya secara perlahan lahan akan tertekan dan dibuat pasif.
Puasa Menjadikan Manusia Untuk Lebih Disiplin
Disilpin juga
dapat diartikan melakukan segala sesuatu sesuai atau tepat waktu dan
berdasarkan peraturan yang harus ditaati. Seseorang dikatakan disiplin jika
menjalankan peraturan yang ada dan tidak melanggarnya. Islam mengandung
berbagai ajaran, baik ritual ataupun non ritual yang amat memerlukan
kedisiplinan, sebab dari situ bangunan jiwa akan membentuk keteraturannya.
Misalnya ketika
memasuki Ramadhan yang amat potensial untuk membentuk jiwa yang disiplin. Puasa
Ramadhan merupakan latihan disiplin diri. Ketika sedang berpuasa manusia
dilatih agar lebih disiplin. Seperti disiplin untuk mentaati waktu-waktu yang
telah ditetapkan misalnya dalam hal makan dan minum. Seseorang yang berpuasa
tidak dapat makan dan minum semaunya, tetapi harus makan dan minum kalau sudah
tiba waktunya berbuka.
Puasa Dapat Mengendalikan Emosi (Marah)
Emosi adalah
perasaan senang atau tidak senang yang selalu menyertai pebuatan manusia
sehari-hari yang lebih mendalam, lebih luas dan lebih terarah. Ketika amarah
menguasai serta melingkupi diri manusia, maka manusia akan mengambil bentuk
sifat yang angkuh atau sombong serta menyingkirkan segala hambatan yang dapat
mencegahnya mempengaruhi kehendak manusia, karena itu manusia dapat menghasut
manusia bahkan mencelakakan lawan-lawannya tanpa pertimbangan sama sekali. Hal
ini juga dapat mendorong manusia untuk melakukan segala kejahatan yang
berakibat fatal dalam kehidupan.
Kemarahan yang
berlebihan sehingga menimbulkan kejahatan adalah perbuatan yang buruk. Sifat
buruk hanya akan menyebabkan penderitaan, karena pada akhirnya dengan kemarahan
tidak dapat menyelamatkan jiwa. Sikap menahan amarah, termasuk pemikiran yang
bernilai luhur. Karena itu orang-orang yang mampu menahan amarahnya dipuji dan
dicintai Allah.
Dari penjelasan
di atas dapat disimpulkan bahwa seseorang yang berpuasa dituntut untuk selalu
dapat memelihara emosinya. Jangan sampai emosi itu lepas kontrol. Ibadah puasa
adalah ibadah yang sangat istimewa dan mulia. Maka jangan sampai kemuliaan
ibadah puasa itu dirusak oleh perilaku syetan dan tidak beradab. Dengan membiarkan
emosi tidak terkontrol, maka akan dapat mengakibatkan nilai ibadah puasa
lenyap.
Puasa Dapat Meningkatkan Kepedulian Sosial
Manusia
merupakan makhluk sosial, yaitu manusia tidak akan bisa hidup tanpa bantuan
dari orang lain, walaupun manusia itu sangat kaya. Dari situ hendaknya manusia
selalu memperhatikan kehidupan orang lain disekitarnya dengan bersimpati
kepadanya. Simpati ialah suatu kecenderungan untuk ikut seta merasakan segala
sesuatu yang sedang dirasakan orang lain. Ketika sedang berpuasa manusia bisa
merasakan bagaimana susahnya orang-orang yang kelaparan sehingga timbul rasa
simpati di dalam dirinya. Dengan adanya sifat simpati tersebut seseorang bisa
berempati kepada orang lain. Sehingga seseorang pasti marasa kasihan jika
melihat atau mengetahui saudaranya yang sedang mengalami kesusahan dan berusaha
untuk menolongnya.
Diantara hikmah
ibadah puasa adalah bahwa ibadah puasa bisa dijadikan sebagai sarana pendidikan
sosial terutama pendidikan rasa tanggungjawab baik tanggungjawab pribadi maupun
tanggungjawab sosial. Diantara bentuk dari tanggungjawab itu sendiri adalah
mencakup adanya aspek sosial dalam pengaplikasian nilai puasa pada kehidupan
nyata sehari-hari. Sesungguhnya tanggungjawab sosial dan tanggung jawab pribadi
bagaikan dua sisi mata uang logam. Ini berarti bahwa dalam kenyataannya kedua
jenis tanggungjawab ini tidak dapat dipisahkan, sehingga tiadanya salah satu
dari keduanya akan mengakibatkan peniadaan yang lain. Dengan kata lain jika
tidak ada tanggungjawab pribadi, maka tidak akan mungkin ada tanggungjawab
sosial.
Solidaritas
sosial ini begitu nyata dan terasa dalam praktek puasa. Satu hal yang tidak
dapat dipungkiri bahwa puasa memiliki akses besar terhadap tanggungjawab puasa
yaitu adanya persamaan. Persamaan ini mempunyai implikasi pada keadilan.
Keadilan terbukti oleh pemerataan. Persamaan ataupun keadilan juga pemerataan
sebagai implikasi dari puasa yang dengan sangat jelas terlihat dari praktek
puasa.
Perbuatan baik terhadap orang lain, akan berdampak pula pada
kebaikan terhadap diri sendiri. Dampak itu akan terlihat sebagai cerminan atau
pantulan dari kesalehan yang dipetik dari cara manusia memahami ibadah puasa.
Puasa Dapat Meningkatkan Kecerdasan
Seseorang
dikatakan cerdas kalau yang bersangkutan menjalankan fungsi pikir, sehingga
dapat memecahkan masalah dengan cepat dan tepat. Dalam kamus Psikologi James
Drever kecerdasan (intelligence) adalah kecakapan untuk menemui situasi-situasi
baru atau belajar melakukannya dengan tanggapan-tanggapan menyesuaikan diri
dengan yang baru. Jadi kecerdasan adalah kemampuan atau kecakapan yang dimiliki
manusia dalam memecahkan suatu masalah. Kecerdasan terbagi menjadi berbagai
macam, yaitu:
1. Kecerdasan Intelektual atau IQ (Intelligence Quotient)
IQ adalah
perbandingan umur batin dengan umur kronologis yang dinyatakan dengan persen.
Jadi kecerdasan intelektual adalah kecerdasan yang berhubungan dengan kemampuan
berfikir seseorang. Kecerdasan intelektual memiliki peran dalam memecahkan dan
menganalisis suatu masalah dan untuk berani atau tidaknya dalam mengambil
keputusan ditentukan oleh kecerdasan emosi.
2. Kecerdasan Emosi atau EQ (Emotional Quotient)
Menurut Goleman
kecerdasan emosi adalah kemampuan seseorang mengendalikan emosinya pada saat
menghadapi situasi menyenangkan maupun yang menyakitkan. Kecerdasan emosi
adalah kemampuan seseorang dalam mengelola dan mengontrol emosinya dalam
situasi apapun.
3. Kecerdasan Spiritual atau SQ (Spiritual Quotient)
SQ adalah
pengetahuan akan kesadaran diri, makna hidup, tujuan hidup atau nilai-nilai
tertinggi. Kecerdasan ini berupa kemampuan mengelola “suara hati” sehingga
terekspresikan secara tepat dan efektif, yang memungkinkan kita bekerja sama
dengan lancar menuju sasaran yang lebih luas dan mendalam.
Jadi kecerdasan
spiritual adalah kemampuan dalam memahami dan mengetahui makna dan tujuan hidup
sehingga mempunyai tujuan yang lebih bermakna. Kecerdasan di atas akan tidak
bersifat stabil, namum ketiga macam kecerdasan tersenantiasa berubah dan
terjadi peningkatan setiap waktu. Banyak cara yang dapat dilakukan manusia guna
mengasah dan meningkatkan kecerdasan. Salah satunya adalah dengan berpuasa.
Dengan
mengendalikan makan, akan tercipta konsentrasi dan pemusatan pikiran yang
berarti peningkatan IQ. Ketika kenyang, banyak darah yang tersalur untuk
melakukan proses pencernaan. Saat seseorang berpuasa dan ketika perut kosong,
maka volume darah di bagian pencernaan menjadi berkurang dan dapat digunakan
untuk melayani keperluan lain terutama untuk melayani otak, sehingga cara
berfikir menjadi lebih cemerlang.
4. ESQ (Emotional n Spiritual & Quotient)
Puasa juga
merupakan sarana untuk memperbaiki tubuh manusia karena puasa mewajibkan hati
bersih, niat yang tulus dan perilaku mental yang baik agar seseorang dapat
memperoleh hasil puasa yang optimal. Seseorang yang sedang berpuasa akan
senantiasa memperbaiki dirinya ke arah yang lebih baik.
Dari penjelasan
tersebut jelaslah bahwa dengan berpuasa, akan dapat meningkatkan kecerdasan.
Manusia hendaknya selalu melatih dan meningkatkan kecerdasan yang dimilikinya
sehingga kecerdasannya dapat berfungsi secara optimal.
Dan cukup banyak hikmah berpuasa untuk mendidik seseorang, karena
itu sebenarnya kewajiban puasa itu tiada lain merupakan kebutuhan manusia
sendiri dalam menghadapi segala macam tantangan kehidupan.