Minggu, 24 Mei 2015

ARTIKEL SAYA



KEPEMIMPINAN DALAM PENDIDIKAN

AHMAD ROZALI
MAHASISWA STAIN SAS BABEL PAI B



Dalam kehidupan sehari-hari, baik di lingkungan keluarga, organisasi, perusahaan sampai dengan pemerintahan sering kali kita dengar sebutan pemimpin, kepemimpinan serta kekuasaan. Ketiga kata tersebut ini memang memiliki hubungan yang berkaitan satu dengan lainnya.
Sesuai dengan perkembangan masyarakat dan perkembangan pendidikan di negara kita Indonesia ini, maka kewajiban dan tanggung jawab para pemimpin pendidikan sebenarnya sangatlah besar umumnya kepala sekolah khususnya harus mengalami pengembangan dan perubahan pula.
Kepemimpinan ini menurut konsep Islam sebenarnya memiliki dasar-dasar yang sangat kuat dan kokoh. Ia tidak dibangun tidak saja oleh nilai-nilai transendental, namun telah dipraktekkan berabad-abad yang lalu oleh nabi Muhammad SAW, para Sahabat dan khulafa’ al-rasyidin.
Kepemimpinan dalam pendidikan berkaitan dengan masalah kepala sekolah dalam meningkatkan kesempatan untuk mengadakan pertemuan secara efektif dengan para guru-guru dan situasi yang kondusif. Jadi, perilaku kepala sekolah harus mendorong kinerja para guru dengan menunjukan rasa bersahabat dekat dan penuh pertimbangan terhadap para guru, baik sebagai individu maupun secara berkelompok.
Dalam kepemimpinan yang demokratis seperti sekarang ini, pengawasan atau supervisi itu harus bersifat demokratis pula. Suverpisi merupakan kependidikan secara kooperatif. Dalam tingkat ini, supervisi itu bukanlah suatu pekerjaan yang dipegang oleh seorang petugas, melainkan merupakan pekerjaan-pekerjaan bersama yang dikoordinasikan. Tanggung jawab tidak dipegang sendiri oleh supervisor, melainkan dibagikan kepada para anggota sesuai dengan tingkat, keahlian, dan kecakapan masing-masing.
Supervisor adalah seorang yang profesional dalam menjalankan tugasnya. Ia bertindak sesuai dengan kaidah-kaidah ilmiah untuk meningkatkan mutu pendidikan.
Masalah penting yang sangat perlu mendapatkan perhatian bagi para pengawasan dan kepala sekolah selaku supervisor ialah untuk menemukan cara-cara bekerja secara kooperatif yang efektif. Kemajuan dalam situasi belajar murid-murid tidak dapat dicapai dengan memusatkan perhatian kepada teknik-teknik mengajar semata-mata.   
Menutut Wahjosumidjo dalam praktek organisasi, kata “memimpin” mengandung konotasi atau makna menggerakan, mengarahkan, mengarahkan, membimbing, melindungi, membina, memberikan keteladanan, memberikan dorongan dan memberikan bantuan dan lain sebagainya.
Untuk memajukan pengajaran dan mutu pendidikan, supervisor harus mau memajukan kepemimpinan yang mengembangkan program sekolah, dan memperkaya lingkungan bagi semua guru, mengusahakan kondisi-kondisi yang memungkinkan orang-orang dapat bermufakat tentang tujuan-tujuan pendidikan dan cara-cara pelaksanaannya dan memperoleh sumber-sumber yang memungkinkan pertumbuhan yang individual maupun kelompok dalam pandangan dan kecakapan mereka.
Seorang supervisor sebanarnya hendak memiliki ciri-ciri pribadi sebagai guru yang baik, memiliki pembawaan cerdas yang tinggi, memiliki pandangan yang luas mengenai proses pendidikan dalam masyarakat. Dan supervisor juga hundaknya bekerja sama dengan guru-guru, karna tugasnya adalah membantu guru yang lain dalam memecahkan masalah yang dihadapinya di kelas maupun di luar kelas.
Para pemimpin pendidikan bukan masanya lagi untuk memaksa bawahannya, menakut-nakuti dan melumpuhkan kreatifitas dari staff-staffnya, sebab sikap ini tidak akan dapat menciptakan situasi dan relasi dimana mereka merasa aman dan tenang untuk mengembangkan kreatifitasnya. Kedepannya diharapkan para pengelola sekolah dan kepala madrasah khusunya dapat melakukan fungsinya sebagai supervisor, terlibat langsung dengan permasalahan-permasalahan yang dialami oleh guru di kelas atau lingkungan sekolah, ikut berpartisipasi dalam pengembangan madrasah dan sekolah dari aspek yang paling dasar, siswa dan guru.
Kepemimpinan adalah kemampuan seseorang mempengaruhi dan memotivasi orang lain untuk melakukan sesuatu tujuan bersama. Kepemimpinan meliputi proses mempengaruhi dalam menentukan tujuan oganisasi, memotivasi perilaku pengikut untuk mencapai tujuan.
Menurut pandangan Islam, kepemimpinan merupakan amanah dan tanggung jawab yang tidak hanya dipertanggungjawabkan kepada angota-anggota yang dipimpinnya, tetapi juga akan dipertanggungjawabkan dihadapan Allah SWT. Jadi, dipertanggungjawabkan kepemimpinan dalam Islam tidak hanya bersifat horizontal-formal tetapi bersifat vertical-moral.
Tugas kepemimpinan ialah untuk melaksanakan fungsi-fungsi manajemen seperti yang telah disebutkan sebelumnya yang terdiri dari: merencanakan, mengorganisasikan, menggerakkan, dan mengawasi.
Terlaksananya tugas-tugas tersebut tidak tercapai hanya oleh pemimpin seorang diri saja, tetapi cara dengan menggerakan orang-orang yang dipimpinnya. Dan agar orang-orang yang dipimpinnya bekerja secara efektif seorang pemimpin di atas harus memiliki inisiatif dan kreatif harus selalu memperhatikan hubungan manusiawi.
Fungsi kepemimpinan itu pada pokoknya adalah menjalankan wewenang kepemimpinan, yaitu menyediakan sistem komunikasi, memlihara kesedian bekerja sama dan menjamin kelancaran serta keutuhan organisasi atau perusahaan yang dipimpin.
Dan Bicara tentang kepemimpinan khususnya kepala sekolah, tipe-tipe kepemimpinan yang pokoknya ada tiga sebagai berikut:
Pertama kepemimpinan yang otokratis, kepemimpinan ini bertindak sebagai diktator terhadap anggota-anggotanya baginya, memimpin adalah menggerakan dan memaksa kelompok. Kekuasaan pemimpin yang otokratis hanya dibatasi undang-undang saja. Dan pemimpin yang otokratis tidak menghendaki rapat-rapat atau musyawarah. Berkumpul atau rapat hanyalah untuk menyampaikan instruksi-instruksi setiap perbedaan pendapat di antara anggota-anggota kelompoknya diartikan sebagai kepicikan, perkembangan, atau pelanggaran disiplin terhadap perintah atau instruksi yang telah ditetapkannya.
Kedua kepemimpinan yang laissez faire, dalam kepemimpinan ini sebenarnya pemimpin tidak memberikan pimpinan. Tipe ini diartikan membiarkan orang-orang berbuat sekehendaknya. Pemimpin yang temasuk tipe ini sama sekali dan memberikan kontrol dan koreksi terhadap pekerjaan anggota-anggotanya.
Di dalam tipe kepemimpinan ini, biasanya struktur organisasinya tidak jelas dan kabur. Segala kegiatan anpa rencana yang terarah dan tanpa pengawasan dari pimpinan. Dan oleh karna itu, tipe kepemimpinan ini sering kali dianggap sebagai seorang pemimpin yang kurang memiliki rasa tanggung jawab yang wajar terhadap organisasi yang dipimpinnya.
Ketiga kepemimpinan yang demoktatis, pemimpin yang betipe demokratis menafsirkan kepemimpinannya bukan sebagai diktator, melainkan sebagai pemimpin yang di tengah-tengah anggota kelompoknya. Hubungan dengan anggota kelompok bukan sebagai majikan terhadap buruhnya, melainkan sebagai saudara tua diantara teman-teman sekerjanya, atau sebagai kakak terhadapa saudara-saudaranya.
Pemimpin yang demokratis selalu berusaha menstimulasi angota-angotanya agar bekerja secara koopratif untuk mencapai tujuan bersama.
Rahasia utama kepemimpinan adalah kekuatan terbesar seorang pemimpin bukan dari kekuasaannya, bukan kecerdasannya tapi dari kekuatan pribadinya. Seorang pemimpin sejati selalu bekerja keras memperbaiki dirinya sebelum sebuk memperbaiki orang lain.
Pemimpin juga bukan sekedar gelar atau jabatan yang diberikan dari luar melainkan sesuatu yang tumbuh dan berkembang dari dalam dari seseorang. Kepemimpinan lahir dari proses internal (leadership from the inside out).
Seorang pemimpin yang baik adalah pemimpin yang dapat dan bisa mengayomi para bawahannya, pemimpin yang baik adalah orang yang dapat melangkah dengan tapak kaki tanpa merusak citranya. Dan pemimpin yang efektif adalah memberikan contoh bukan perintah. Pergunakanlah tipe kepemimpinan yang ada sesuai dengan situasi dan kondisi yang ada, agar tujuan kelompok atau organisasi dapat tercapai dengan cara yang efektif dan efesien.
Seorang pemimpin tidak disarankan untuk memiliki sifat yang egois, karena seorang pemimpin yang baik harus menerima kritik dan saran dari bawahannya.
“Contoh, Teladan, itulah bentuk kepemimpinan terbaik” (Albert Schweitzer) (*)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar